Kisah Teladan


BERNADZAR TIDAK MAKAN DAGING GAJAH, TERHINDAR DARI KEMATIAN
                Diceritakan, pernah suatu ketika Abu Abdillah al-Qalanisi mengarungi perjalanan dengan menumpang perahu. Tiba-tiba angin menggoncangkan perahunya. Seluruh penumpang berdoa demi keselamatan mereka dan mengucapkan nadzar.

            Para penumpang berkata kepada Abu Abdillah, “Masing-masing kami telah berjanji kepada Allah dan bernadzar agar Allah SWT menyelamatkan kami. Maka hendaknya kamu juga bernadzar kepada Allah”. Dia menjawab, “Aku ini orang yang tidak perduli dengan dunia, aku tidak perlu bernadzar”. Tetapi mereka terus memaksaku. Lalu aku bersumpah, “Demi Allah, sekiranya aku selamat dari musibah maka aku tidak akan makan daging gajah”.
            Tidak lama kemudian kapal itu pecah. Para penumpang terdampar di sebuah pantai, dan berhari-hari tidak makan.
            Ketika kami sednag duduk-duduk beristirahat, ada anak gajah lewat. Mereka menangkap anak gajah tersebut. Lalu memakannya. Mereka manawariku makan, aku menjawab, “Aku telah bernadzar dan bersumpah kepada Allah untuk tidak memakan daging gajah”. Pada saat mereka tidur, induk gajah datang mencari anaknya, ia berjalan mengikuti jejak anaknya sambil mengendus-endus. Hingga akhirnya ia menemukan potongan tulang anaknya. Induk gajah itu pun sampai di tempat istirahat kami, aku memperhatikannya. Satu demi satu orang diciumi, setiap kali ia mencium bau daging anaknya pada orang itu, maka orang itu diinjak dengan kakinya sampai mati.
            Tiba saatnya induk gajah mendekatiku, ia menciumku tapi tidak mendapatkan bau daging anaknya. Lalu ia menggerakkan tubuh bagian belakangnya, ia memberi isyarat, kemudian mengangkat ekor dan kakinya. Dari gerakan tubuh gajah itu aku mengerti bahwa ia menghendaki agar aku menungganginya. Lalu aku naik , duduk diatasnya. Ia memberi isyarat agar aku duduk dengan tenang diatas punggungnya yang empuk. Ia membawaku berlari kencang sehingga malam itu juga aku tiba dinsebuah perkebunan yang banyak pepohonan”.
Disarikan dari kitab Hilyatul-Awliya’ : 160    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar